Custom Search

Kamis, 20 Maret 2008

Kenangan Sebuah Desa

Kenangan Sebuah Desa

Nyanyian burung tak pernah berhenti menyambut datangnya cahaya matahari. Cobalah kau tengok desa kami yang asri! Kala malam tiba dan gelap telah menyelimuti, kau akan mendengarkan suara jangkerik bernyanyi, cahaya kunang-kunang ikut menari kesana-kemari membuat kau tak mampu tuk bermimpi.

Itu engkau, saat semua masih peduli tapi kini wajahmu pucat pasi.

Nuansa alami yang selalu akan kau nikmati dari embun pagi yang menghinggapi hingga senja kemerah-merahan yang menanti. Kami, selalu bercengkrama dengannya, disini. Merasakan apa yang dirasakan dengan saling mengerti, ia bak jantung kehidupan bagi kami. Katakjuban yang pernah hadir di hati.

Itu engkau, saat semua masih peduli tapi kini wajahmu pucat pasi.

Eksploitasi besar-besaran terhadap diri mu terjadi, pohon-pohon enggan tuk berdiri kembali sementara udara yang terkandung pun telah terkontaminasi. Desa kami bermurung di atas nisan menunggu mati.

By. Wong alit

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Sponsor

Daftar di PayPal, lalu mulai terima pembayaran menggunakan kartu kredit secara instan.

IKLAN BLOGGER