Nasib Porong di atas luapan Lumpur Lapindo
Dari porong, jejak-jejak langkah itu berawal. Setiap hentakan langkah bernadakan permohonan yang diperuntukkan kepada mu, Jakarta. Jakarta, jangan kau tolak kehadiran kami, kami kemari tidak untuk menyusahkan mu tetapi kesusahan itu yang menghampiri.
Dari porong, lumpur Lapindo meluap. Mengikis habis kehidupan ku, ucap si porong.
Kini luapan lumpur itu semakin menjadi, entah kapan musibah ini berhenti? Tanah porong pun tak terlihat lagi.
Dari porong, lumpur Lapindo meluap. Menenggelamkan segala cita-cita ku, ucap si porong.
Jakarta, kami tahu, kau telah bersusah payah menaggulanginya dengan segala macam cara, tapi kami tak percaya sebab Lapindo masih tetap berjaya. Dari porong, lumpur Lapindo meluap, Lautan lumpur lapindo menguasai ku, ucap si porong.
Jakarta, kau kerahkan segenap laskar-laskar pemusnah massal di saat kami mendatangi mu, sehingga teriakan kami pun semakin keras. Sesungguhnya kami hanya ingin menyampaikan keadaan nasib si porong bukan untuk menyepakati perjanjian peperangan yang telah membudaya.
Dari porong, lumpur Lapindo meluap. Panas semburannya melelehkan tubuh ku, ucap si porong.
Jakarta, tolong mengertilah. Kami yang berduyun-duyun datang kemari bukan untuk menyuarakan panji-panji peperangan akan tetapi, kami ingin menyuarakan doa suci.
By. Wong alit
Artikel Terkait
Tidak ada komentar:
Posting Komentar